Rangkaian Teror Wartawan Tempo: Bentuk Ancaman dan Terbungkamnya Kebebasan Pers

Cece WP
267
Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi Tempo

Berawal pada 19 Maret 2025, kantor redaksi Tempo menerima paket mencurigakan yang ditujukan kepada wartawan sekaligus pembawa acara siniar Bocor Alus Politik (BAP) bernama Fransisca Christy Rosana (Cica). Paket berisi kepala babi tanpa telinga menimbulkan aroma busuk yang dicurigai bentuk upaya teror dan ancaman terhadap kerja jurnalistik wartawan Tempo.

Insiden intimidasi ini terus berlanjut pada 22 Maret 2025, Tempo kembali menerima paket, sebuah kotak berisi enam bangkai tikus dengan kepala terpenggal ditemukan oleh satpam di pagi hari. Kotak tersebut dibungkus kertas kado bermotif bunga mawar merah dan dilempar oleh orang tak dikenal ke area parkir kantor Tempo. Dugaan sementara bangkai tikus merujuk kepada enam orang pembawa berita siniar BAP.

Pemimpin Redaksi Tempo, Setri Yasra, menilai kiriman kepala babi dan bangkai tikus ini merupakan bentuk teror terhadap kegiatan jurnalistik dan terbungkamnya kebebasan pers. Ia menegaskan, bahwa tindakan tersebut tidak akan membuat mereka gentar dan meminta pelaku menghentikan aksi pengecut tersebut. ​

Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Muhammad Isnur, menyebutkan, pengiriman kepala babi dan bangkai tikus merupakan ancaman serius bagi jurnalis. Ia mengingatkan bahwa pola serupa pernah terjadi dalam kasus-kasus teror terhadap aktivis di masa lalu. Layaknya seperti aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Munir meninggal, ia dikirim bangkai kepala ayam.

Kepala Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, menanggapi insiden ini agar kepala babi tersebut “dimasak saja”. Setelah video itu tersebar di Media Sosial (Medsos) menuai kegeraman netizen akan respons yang dianggap kurang serius.

Tanggapan berbeda, Muhamad Heychael, Peneliti Remotivi, mengatakan, insiden ini sebagai bentuk represi yang mengingatkan pada masa orde baru. Ia menganggap respons terhadap ancaman ini akan berdampak besar bagi pelaku teror. Menurutnya, Tempo berhasil melawan makna negatif ancaman dengan satire melalui unggahan karakter babi lucu. Namun, ia menyayangkan sikap pemerintah yang dinilai kurang serius, seolah menunjukkan ketidakpedulian terhadap kebebasan pers.

Saat ini, pihak berwenang tengah menyelidiki kasus ini untuk mengungkap pelaku serta motif di balik teror. Apakah ini murni upaya intimidasi terhadap jurnalis atau ada kepentingan lain yang bermain, masih menjadi pertanyaan yang belum terjawab.

 

Cece WP

 

Wawasanproklamator.com Jauh Lebih Dekat

TAGS:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.
You need to agree with the terms to proceed

Berita Terkait

Tepat Satu Dekade Kasus Akseyna Mahasiswa UI, Ayahnya Masih Cari Keadilan
Lahirnya UKPM Veritadz, Kini Mahasiswa Universitas Adzkia Punya Wadah Jurnalistik

TERBARU

Iklan

TERPOPULER

Berita Terkait

Tepat Satu Dekade Kasus Akseyna Mahasiswa UI, Ayahnya Masih Cari Keadilan
Lahirnya UKPM Veritadz, Kini Mahasiswa Universitas Adzkia Punya Wadah Jurnalistik
Menu