Pelatihan Cek Fakta Melawan Misinformasi: Anatomi Hoaks Hingga Pencegahannya

Fidi WP
904
Sumber foto: Kru WP

WAWASANPROKLAMATOR,- Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia bersama AJI Padang menggandeng Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat (AS) menghelat Pelatihan Cek Fakta untuk Melawan Misinformasi. Acara ini diselenggarakan di American Corner, Perpustakaan Univeristas Andalas (Unand) pada 14 November 2023.

Pelatihan ini menghadiri Bayu Galih dan Nurika Manan, trainer cek fakta dari AJI Indonesia. Kedua pelatih menyampaikan delapan materi terkait cek fakta yang dipresentasikan silih berganti.

Mulanya, Bayu menjelaskan, perbedaan antara disinformasi, misinformasi, dan malinformasi. Ia juga menyampaikan, banyak masyarakat Indonesia hadir di dunia internet dengan literasi kurang baik.

“Disinformasi dilakukan dengan sengaja, menyampaikan informasi yang sudah jelas itu salah dan disebarkan kepada orang banyak. Lain halnya dengan misinformasi, orang yang menyebarkan informasi tidak tahu jika itu salah. Selanjutnya, ada malinformasi, yakni membuat berita untuk meraup keuntungan pribadi,” jelasnya.

Ia menambahkan, setidaknya ada tujuh alasan mengapa orang mudah percaya pada hoaks. Tidak mencermati sumber informasi, hanya membaca judul, malas, emosi yang mengalahkan rasionalitas, tekanan sosial, confirmation bias, dan pengulangan.

“Keyakinan profesional mempengaruhi percaya atau tidaknya seseorang terhadap informasi, bisa karena terlalu mencinta atau membenci sesuatu. Pengulangan akan memberikan efek kebenaran ilusif, kebohongan yang diulang-ulang akan jadi kebenaran,” tambahnya.

Nurika dalam penyampaiannya menyebutkan, terdapat dua pembagian hoaks. Pembagian tersebut ialah momentum dan evergreen.

“Momentum sendiri adalah hoaks muncul seiring peristiwa tertentu, seperti saat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), Pemilihan Presiden (Pilpres), pandemi, bencana, dan sebagainya. Kemudian evergreen adalah hoaks yang tidak terikat waktu dan selalu muncul, seperti tentang agama, kesehatan, cara menjadi kaya, dan lifestyle,” sebutnya.

Lanjutnya, ia menjelaskan modus hoaks yang paling lazim. Kemudian, Nurika turut memberikan cara agar tak terpengaruh pada informasi yang salah.

“Hoaks yang lazim hadir di tengah masyarakat yakni daur ulang berita, menggunggah konten lama kemudian dibuat narasi baru sesuai dengan kepentingan, gambar yang menjadi penguat teks, dan konspirasi, menimbulkan spekulasi. Adapun pencegahannya yakni bersifat skeptis secara emosional, waspada, berpikir analitik, friksi, inokulasi, terakhir memantik orang untuk berpikir soal akurasi sebelum membagikan informasi yang salah,” tutupnya.

 

Fidi WP
Wawasanproklamator.com
Jauh Lebih Dekat

TAGS:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.
You need to agree with the terms to proceed

Berita Terkait

Perdana, Mahfud MD Sambangi Ranah Minang Hadiri Kuliah Umum tentang Pemilu
Sebanyak 1065 Peserta JLPT Siap Ikuti Ujian Desember Mendatang

TERBARU

Iklan

TERPOPULER

Berita Terkait

Perdana, Mahfud MD Sambangi Ranah Minang Hadiri Kuliah Umum tentang Pemilu
Sebanyak 1065 Peserta JLPT Siap Ikuti Ujian Desember Mendatang
Menu