WAWASANPROKLAMATOR,- Prof. Diana Kartika, dosen pengampu Mata Kuliah (MK) Kewirausahaan (KWU) dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) mengundang entrepreneur pada jam kelasnya. Proses belajar mengajar berlangsung di ruang 2.4.2.2, Kampus Proklamator II Universitas Bung Hatta pada 24 Mei 2023.
Pelaku wirausaha yang diundang yaitu, Eka Bedriansyah, SE, pengusaha kukusan, Harry Rahmat, penjual sambal ayam bakar. Tak hanya itu, Kegiatan ini di hadiri oleh mahasiswa dari FIB dan Fakultas Teknologi Industri (FTI).
Diana Kartika, dalam kelasnya menjelaskan, tujuan dari mata kuliah ini agar mahasiswa bisa membuat proposal untuk mendapatkan dana dari Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) sebagai modal wirausahanya pada program Pekan Kreatif Mahasiswa (PKM). Ia berharap di akhir perkuliahan, mahasiswa bisa menerapkan ilmu yang telah diberikannya, serta sharing session kali ini dapat memotivasi dalam pembuatan proposal nantinya.
“Goals dari mata kuliah ini adalah kelancaran dalam pembuatan proposal yang akan ber-impact positif pada acara PKM. Pertemuan kali ini menghadirkan pelaku wirausaha yang sukses pada bidangnya agar ide kreatif mereka menular pada hadirin yang ada di sini,” jelasnya.
Sementara itu, Eka, memaparkan, pada saat pandemi covid-19 terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara besar-besaran, kurang lebih satu bulan tidak ada pemasukan sehingga ia dapat ide dalam bidang kuliner yang cukup simpel dengan cara berjualan dimsum. Tantangannya adalah proses pemasaran, namun kendala ini dapat dilewatinya dengan bantuan orang terdekat. Seiring berjalannya waktu, kualitas jualannya meningkat dan semakin dikenal masyarakat.
“Menjadi seorang pengusaha itu mestinya jujur dalam usaha, tidak hanya dari segi barang tetapi juga manajemen harga barang agar menjadi pengusaha yang profesional. Adanya keuntungan tiap bulan saya alokasikan untuk inventaris, dan untuk proses promosi mengandalkan kerabat serta sosial media,” paparnya.
Pengusaha sambal bakar Harry Rahmad, menjelaskan, untuk mulai berbisnis mental yang harus disiapkan dan tujuan bisnis harus jelas. Sambil menceritakan proses merintisnya, ia juga berpesan, komunitas juga penting karena semuanya tidak bisa dikerjakan dengan sendirian.
“Berawal dari memulai jualan gorengan saat bergabung di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Forum Studi Islam (FSI) Nurul Jannah, lalu mulai mencoba hal baru dengan membuka ampera kecil-kecilan. Orang tua awalnya kurang setuju dengan keputusan untuk berbisnis karena disarankan untuk fokus kepada kuliah, setelah lulus mencoba berbagai pekerjaan dan akhirnya kembali terjun pada usaha kuliner yaitu Ayam Tonk hingga sekarang,” tutupnya.
Wawasanproklamator.com Jauh Lebih Dekat