WAWASANPROKLAMATOR,- Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Sumatera Barat (BEM-SB) menggelar demonstrasi Ironi Petani di Sumbar Madani. Tuntutan tersebut berlangsung di kantor Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Rabu (28/09/2022).
Beberapa gugatan yang diajukan yaitu, menuntut pemerintah menambah jumlah dan meningkatkan kualitas penyuluh pertanian, memperhatikan dan mengawasi distribusi pupuk subsidi, membatalkan pengolahan lahan masyarakat oleh Koperasi Minyak Atsiri Mentawai, secepatnya menjalin kerja sama dengan bank agar segera merealisasikan Surat Resi Gudang (SRG) bagi petani gambir.
Kemudian, membuat program dalam rangka menjamin keberlangsungan dan regenerasi petani, berkoordinasi dengan pemerintah daerah Agam untuk menanggulangi permasalahan kematian massal ikan di Danau Maninjau yang hampir terjadi tiap tahunnya, peraturan mengenai alih fungsi lahan pertanian, meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) penyuluh pertanian, program dalam rangka menjamin keberlangsungan dan regenerasi petani, mendistribusikan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) secara merata, menstabilkan harga pakan ternak dan menghukum oknum-oknum yang nakal, serta menyelesaikan masalah perbenihan.
Koordinator pusat, Irwandi, dalam orasinya menyampaikan harapan petani dengan 12 tuntutan yang dilayangkan ke pemerintah. Sayangnya pihak gubernur tidak dapat ditemui sehingga diberi somasi 7 hari untuk menindaklanjuti. Apabila tidak direspons, massa akan demonstrasi kembali.
“Mahasiswa kembali ke jalan untuk turun menyampaikan aspirasi masyarakat, terkhusus di bidang pertanian dengan membawa 12 tuntutan. Cukup kecewa kepada gubernur karena tidak bisa menemui kami. Waktu follow up nya 7×24 jam, jika tidak ada kemajuan, maka akan ada aksi lagi,” ujarnya.
Ia turut menambahkan, kesempatan di hari Tani Nasional digantikan pada hari ini karena menimbang keberadaan gubernur. Ia berharap banyak masyarakat, buruh, dan petani ikut andil demi perubahan kebijakan atas tanggapan dari pemimpin.
“Momentum hari Tani 24 September kita alihkan ke hari ini, karena menimbang jadwal gubernur. Semoga akan banyak yang ikut turun aksi dan pihak gubernur menerima dengan adanya perubahan kebijakan yang terealisasikan,” pungkasnya.
Noni Norenza, mahasiswa dari Universitas Pendidikan Guru Republik Indonesia Sumbar (UPGRISBA), menyampaikan, kebijakan diciptakan bukan mewakili pemerintah melainkan aspirasi masyarakat. Ia juga berharap apa yang di cita-citakan petani dapat terkabul.
“Peraturan dibuat bukan hanya dari pihak pemerintah saja, tetapi juga terkandung harapan rakyat. Berharap dengan adanya demo ada kebijakan yang bisa diubah,” tuturnya.
Mahasiswa Universitas Putra Indonesia Yayasan Perguruan Tinggi Komputer (UPI YPTK), Rehanzi, menuturkan, petani Sumbar sangat tertekan dengan kebijakan pemerintah. Ia juga menuturkan, janji yang dilontarkan sebesar 10% demi menuju masyarakat yang sejahtera tidak terwujud, sebab itulah massa aksi mendesak pimpinan agar bertanggung jawab penuh.
“Melihat pergerakan pemerintah terkhusus bidang pertanian membuat petani tercekik. Janji akan menyisihkan 10% alokasi perekonomian Sumbar belum terwujud. Melawan akan suatu pengkhianatan, agar pemerintah dan jajarannya memaksimalkan janji dan tugas demi menyejahterakan rakyat,” ungkapnya.
Fifi dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Keuangan Perbankan dan Pembangunan (STIE-KPB)Padang, mengutarakan, kepekaan pada petani membuat mahasiswa tergerak untuk turun aksi. Ditambah lagi harga bahan-bahan meroket pertanian yang membuat pelaku usahanya tertindas.
“Mahasiswa Sumbar peka terhadap perihal ini, di mana pupuk mahal, bibit langka, dan harga jual murah. Di sini kami mewakili suara petani, agar pemimpin sadar begitu teraniayanya mereka,” tutupnya.
Wawasanproklamator.com Jauh Lebih Dekat