Ternyata hidup di dalam keluarga yang mapan tidak menjamin kebahagiaan. Hai pekanalkan namaku Aulia Denis Antara, aku berasal dari keluarga yang cukup terhormat dan dikenal banyak orang. Karna orang tuaku adalah manusia pembisnis, mereka hidup dalam dunia bisnis mereka tanpa memperdulikan anak yang telah mereka lahirkan. Aku adalah anak pertama dan anak satu-satunya dari keluarga antara, papaku bernama Marsel Putra Antara dan mamaku bernama Vivian Putri Antara.
Dari dulu sampai sekarang, mereka tidak pernah menghabiskan waktu bersamaku. Jangankan mengahabiskan waktu, pulang ke rumah untuk melihat keadaanku saja mungkin hampir tidak pernah. Hidup mereka hanya dipenuhi dengan bisnis, waktu mereka hanya dihabiskan di kantor, mungkin mereka tidak ingat kalau ada satu orang yang menunggu mereka di rumah. Terkadang aku iri melihat kebahagian keluarga teman-temanku yang lainnya, hidup dengan secukupnya tapi kebahagiaan yang didapatkan sangat berlimpah.
Aku memiliki dua orang teman mereka hidup dengan sederhana, tapi mengapa keluarga mereka hidup dengan sangat hangat dan bahagia?. Sedangkan aku, hidup dengan bergelimang harta tetapi tidak bahagia. Aku selalu berada di tengah-tengah keluarga mereka dan aku merasakan kehangatan yang tidak aku dapatkan di dalam keluargaku sendiri. Canda tawa mereka membuatku tau artinya keluarga. Aku bukannya tidak bersyukur atas semua yang telahku dapat kan tapi itulah kenyataannya.
Tidak semua kebahagiaan bersakutan dengan materi, aku hanya menginginkan kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari orang tuaku sendiri. Kalian tau aku pernah bertengkar hebat dengan kedua orang tuaku, untuk pertama kalinya aku berdebat dengan mereka. Pada saat itu masalahnya adalah nilai di sekolah, aku juga tidak tau mengapa nilaiku bisa turun drastis karna dari SD nilaiku tidak pernah turun. Tapi entah mengapa di kelas 2 SMA nilaiku turun, dan yang lebih anehnya mamaku yang datang untuk pertama kalinya menjemput rapotku.
Sesampainya dirumah setelah pulang dari sekolah, mama langsung menyeretku keruang tengah memarahiku habis-habisan aku tidak mengindahkan omngannya aku hanya mendengarkan tanpa menjawabnya. Sampai suatu ketika papaku datang dan langsung menamparku mama langsung terkejut dan begitupun juga aku. Aku memegangi pipiku yang terasa panas dan perih, setalah itu papa bilang “Aku malu punya anak seperti kamu yang bisanya mempermalukan nama keluarga Antara” kalian tau kemarahanku sudah memuncak aku tidak bisa lagi menahannya. Dengan cepat aku membalas perkataan papa ku “Aku ingin bertanya kepada kalian dimana letak kesalahaku?, berapa kali aku melakukan kesalahan?, dan mengapa baru kali ini mama pergi menjemput rapotku?, dan berapa kali nilaiku turun drastis sampai-sampai papa seberani itu manamparku?”.
“Papa tau, tangan halus papa tidak pernah memberikanku setuhan kasih sayang dan untuk pertama kalinya tangan itu menyentuhku tetapi bukan dengan kasih sayang melainkan dengan kebencian. Apa kalian pernah memperdulikanku?, kalian hanya sibuk dengan perkerjaan kantor kalian. Kalian tidak tau seberapa aku menginginkan keluarga yang hangat, yang penuh dengan canda tawa, yang penuh dengan kasih sayang. Tapi apa yang kudapat kan? Hampa”.
Aku terdiam cukup lama mereka pun juga, aku merasa mereka menyimak semua ucapanku memikirkannya dalam diam tanpa berani bersuara atau menatapku. Aku tidak marah karna tamparan yang diberikan papa tetapi aku hanya kecewa dengan semua kejadian ini. Sampai akhirnya, aku berani berbicara lagi walaupun suaraku tercekat karena berusaha menahan tangis. “Mama, papa yang aku inginkan selama ini bukan materi tetapi kasih sayang, kasih sayang yang kalian berikan kepadaku, itu saja yang aku ingin kan. Aku tidak melarang kalian bekerja, aku hanya ingin kalian bisa membagi waktu kalian untuk aku.” Setelah itu aku langsung pergi ke kamar meninggalkan kedua orang tuaku, sebelum beranjak dari tempatku aku melihat sekilas kearah mereka, terlihat disana mama sedang menangis dan wajah papa yang tertunduk.
Keesokan harinya mereka menantiku di meja makan, mereka menatapku dengan tatapan sendu. Mereka bilang mereka menyesal “Nak, kami minta maaf kepadamu, kami memang orang tua yang tidak bisa memberikan kasih sayang selama ini kepadamu. Tapi kami berjanji kepadamu mulai hari ini kami akan memberikan kasih sayang yang melimpah untuk mu. Maafkan kami terlalu hanyut dalam dunia kerja kami nak.” Dengan lembut mama berbicara kepada ku. Setelah itu aku langsung memeluk mama dan papaku “Mama, papa aku juga minta maaf sudah selancang itu berbicara kepada kalian berdua tadi malam” kemudian, papa langsung memelukku dengan erat lalu berucap “Tidak apa-apa nak, tanpa kamu berbicara seperti itu mungkin kami tidak menyadiri kesalahan kami.”
Kalian tau, setelah kejadian itu aku mendapatkan keluarga yang hangat, tapi mereka juga tetap sibuk dengan pekerjaan mereka. Pekerjaan yang tidak bisa mereka tunda, tapi tidak apa-apa, sekarang mereka bisa membagi waktu untuk aku, untuk kami bertiga ,dan untuk pekerjaan.
Wawasanproklamator.comJauh Lebih Dekat