Gemuruh dan angin bergelut di larutnya malam
Mengiringi dongkolan antara hati dan pemikiran
Kecut diri menggigil di bibir aspal
Kendaraan terus berlewatan
Seakan tak ingin berhenti berlalu lalang
Berisik gaduh nyaring terdengar
Gaung mengganggu peristirahatan
Dipaksa menyelundup di tanah sendiri
Mengais yang tidak lagi bisa dikais
Hanya ringkih terselimuti kulit sendiri
Badan meringkuk jalan pun tertatih
Seperti rasanya raga pun menolak nyawa ini
Kehidupan patah di kota metropolitan
Putus asa tanpa adanya harapan
Terkucilkan di kota asal
Tersudut oleh pendatang yang mendominan
Seolah penguasa
Seakan dijajah
Sesukanya membangun sekat kemanusiaan
Tanpa melirik langsung memelintir nadi
Tanpa berkutik langsung mencekik
Adat tak teratur
Tak pandai bertutur
Memang perusak kultur
Wawasanproklamator.com Jauh Lebih Dekat