Wajah putih pucat pasi
Tatapan lurus tak berisi
Nyawa tak terurus seakan mati
Hati yang beku terkunci
Lidah nan kelu membisu
Bibir retak tak bergerak
Ketika kelam malam menyapa
Ia diam tertunduk
Bulir bening itu pecah
Membuat tuan tak berkutik
Akan hujan yang terus menghujam pelupuk mata
Hingga terciptalah telaga
Telaga itu merah
Bergulir hujan di telaga yang tak kenal waktu
Rintiknya menggemuruhkan guratan kelam di tengah malam
Kini tuan itu tegak
Berjalan setapak demi setapak
Untuk membutakan masa lalu yang telah ia depak
Wawasanproklamator.comJauh Lebih Dekat