Depresi, Permasalahan yang Sering Terjadi Tapi Diabaikan

Cawan WP : Aiysa Wulandari
1,442

WAWASAN PROKLAMATOR,- Depresi adalah gangguan suasana hati (mood) yang ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam dan rasa tidak peduli. Semua orang pasti pernah merasakan sedih atau murung. Seseorang dinyatakan mengalami depresi jika sudah 2 minggu merasa sedih, putus harapan, atau tidak berharga.

Depresi yang dibiarkan berlanjut dan tidak mendapatkan penanganan bisa menyebabkan terjadinya penurunan produktifitas kerja, gangguan hubungan sosial, hingga munculnya keinginan untuk bunuh diri. Depresi bisa menyerang siapa saja, termasuk wanita. Depresi pada wanita sering dikaitkan dengan perubahan hormonal, termasuk menstruasi, kehamilan, setelah kehamilan, atau monopause. Namun, sampai saat ini belum ada penelitian yang memastikan penyebab lebih seringnya depresi terjadi pada wanita.

Mungkin ini bukan hal baru yang terjadi di banyak remaja-remaja, banyak faktor- faktor membuat seseorang sakit mental, dan hal paling menyedihkan banyak orang menyepelekan atau menganggap masalah ini sebagai lelucon. Tak sedikit yang menyangkutkan dengan nilai keagamaan, atau kurang ibadah.

Padahal banyak sekali contoh kasus remaja-remaja yang mengalami penyakit mental atau depresi memutuskan untuk bunuh diri. Bagi beberapa orang mungkin hal yang dialami orang itu adalah hal yang kecil, mudah, dan sederhana, tetapi kita tidak bisa merasakan seberapa beratnya masalah yang sedang dialami orang tersebut.

Singkatnya apa yang menurut kita berat, terasa amat sulit dan bingung harus bagaimana lagi menghadapinya. Tetapi disini banyak orang tua yang selalu menyederhanakan kesehatan mental anaknya, dan sehat menurut orang tua itu biasanya hanya fisik saja.

Saya juga tidak bisa menilai ini salah atau betul. Tapi menurut pandangan saya penyakit mental dan kesehatan mental itu hal yang sangat penting. Kita harus lebih peduli akan hal itu, belum lagi misalnya remaja atau anak tersebut depresi karena perkelahian kedua orang tuanya, mengalami pelecehan seksual ataupun dibully dan orang itu sendiri tidak tahu bagaimana cara mengatasinya dan langkah apa yang akan dilakukan.

Orang yang mengalami depresi amat sangat tertutup karena mereka bingung bagaimana cara menyampaikannya. Selain bingung harus melakukan apa biasanya mereka yang juga malu untuk menceritakan hal-hal yang terjadi kepadanya, karena kalau kita berbicara depresi atau penyakit mental banyak yang masih berpikir dan mengira mereka sebagai orang gila. Hal ini tentunya membuat penderita bingung harus memulai langkah apa karena kurangnya kepedulian pemahaman kesehatan mental dan orang yang masih belum open minded tentang hal ini.

Menurut saya pribadi kalau misalnya kita tidak bisa bantu seseorang dengan hal apapun, cukup untuk tidak men-judge atau menyepelekan masalah seseorang, semisal kamu punya waktu luang, cukup dengarkan keluh kesahnya. Apabila kita melihat orang yang sudah tidak bisa menahan emosionalnya lagi, kita ajak ke tempat yang bisa meredamkan emosinya, seperti pergi ke psikolog. Hal-hal seperti ini sudah menolong bahkan sangat menolong orang-orang yang punya penyakit mental sehingga dia tidak putus asa dan menyerah untuk bangkit kembali.

Wawasanproklamator.com Jauh Lebih Dekat

TAGS:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.
You need to agree with the terms to proceed

Berita Terkait

Maraknya Pernikahan Dini Pada Masa Pandemi
Privilege di Tengah Masyarakat

TERBARU

Iklan

TERPOPULER

Berita Terkait

Maraknya Pernikahan Dini Pada Masa Pandemi
Privilege di Tengah Masyarakat
Menu